phaus.org – Jejak Tersembunyi Candi Pari Warisan Masa Lampau Sidoarjo Di balik hiruk-pikuk Sidoarjo, ada satu bangunan yang berdiri di am namun berbicara banyak: Candi Pari. Tidak ada papan iklan mencolok, tidak juga keramaian ala tempat wisata populer. Namun, justru di situlah letak kekuatannya. Bangunan yang seolah membeku dalam waktu ini menyimpan cerita yang tidak main-main.
Berlokasi di Desa Candi Pari, Porong, candi ini bukan cuma sekadar tumpukan batu bata merah. Ia bagai saksi bisu yang tetap eksis meski ratusan tahun sudah lewat. Saat jalanan sibuk dengan motor dan truk, Candi Pari tetap tegak menyimpan misteri yang bikin penasaran.
Maka dari itu, mari kita buka lembar demi lembar kisah yang tertanam dalam tiap susunan bata kuno itu. Siapa tahu, ada sesuatu yang bisa bikin kita lebih sadar bahwa masa lalu belum sepenuhnya berlalu.
Tidak Sekadar Batu, Tapi Penuh Makna
Candi Pari memang tidak sepopuler Borobudur atau Prambanan. Namun, justru karena itu, kesan eksklusifnya semakin terasa. Lokasinya yang tidak ramai malah menambah nilai uniknya. Seolah-olah, tempat ini sengaja menjaga jarak dari keramaian agar hanya orang yang benar-benar penasaran yang bisa merasakan magisnya.
Bentuknya tidak neko-neko, dengan susunan bata merah yang masih terlihat kokoh meski sudah makan usia. Beberapa bagian mungkin sudah aus di makan cuaca, tapi inilah yang menambah daya tariknya. Candi ini seperti berkata, “Aku tua, tapi aku masih ada.”
Setiap Detail Seolah Punya Cerita Sendiri
Tak perlu jadi arkeolog untuk bisa menangkap aura misterius yang ada di tempat ini. Mulai dari bentuk pintu, susunan anak tangga, hingga ornamen kecil di sela-sela batu—semuanya terasa seperti punya suara sendiri.
Ketika berdiri tepat di hadapannya, rasa penasaran bakal langsung menyergap. Siapa yang pertama kali mendirikannya? Mengapa di bangun di sini, bukan di pusat kota? Dan apa yang dulu pernah terjadi di sekitar area ini? Semua pertanyaan itu muncul tanpa harus di pancing.
Sidoarjo Tak Hanya Tentang Lumpur
Biasanya orang langsung teringat Lumpur Lapindo saat dengar nama Sidoarjo. Padahal, daerah ini punya banyak cerita lain yang layak di angkat ke permukaan. Candi Pari adalah salah satu di antaranya. Letaknya memang tidak jauh dari titik pusat bencana, tapi justru itulah yang bikin eksistensinya makin mengejutkan.
Di tengah bencana dan modernisasi, Candi Pari tetap berdiri tanpa banyak sorotan. Sidoarjo mungkin punya banyak mall atau flyover baru, tapi bangunan tua ini punya kelasnya sendiri. Ia tidak perlu banyak berubah untuk tetap menarik.
Tradisi dan Warga Lokal yang Masih Melekat
Menariknya lagi, warga sekitar masih menyimpan rasa hormat tinggi terhadap candi ini. Mereka sering menjadikan area sekitar candi sebagai tempat kegiatan tertentu, seperti selametan atau doa bersama. Walaupun tak seheboh festival besar, nuansanya tetap terasa dalam dan penuh makna.
Candi ini bukan hanya milik masa lalu, tapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Anak-anak bermain di sekitar pelataran, orang tua duduk sambil ngobrol di bawah rindang pohon sekitar candi. Suasana seperti ini sulit di temui di tengah kota yang sibuk.
Menyentuh Masa Lalu Lewat Batu yang Diam
Setiap kali menginjakkan kaki di pelataran Candi Pari, rasanya seperti mundur ratusan tahun ke belakang. Tak ada keramaian, tak ada suara mesin. Hanya desir angin dan aroma tanah yang menenangkan.
Banyak orang datang hanya untuk duduk di am, menikmati waktu tanpa di straksi. Tak sedikit pula yang datang sambil membawa kamera, mengabadikan tekstur unik yang tak bisa di temui di bangunan modern. Tapi lebih dari sekadar tempat foto, Candi Pari menawarkan perasaan hangat yang sulit di jelaskan.
Perlu Dijaga, Bukan Hanya Dikagumi
Candi ini memang kuat, tapi bukan berarti tidak butuh perhatian. Kalau ingin warisan seperti ini bertahan, tentu harus ada upaya menjaga dari semua pihak. Mulai dari pengunjung yang sadar lingkungan, sampai pemerintah yang tidak cuek.
Bayangkan kalau suatu saat nanti tempat ini lenyap atau rusak karena lalai. Cerita yang selama ini hidup dalam di am akan ikut hilang tanpa jejak. Maka dari itu, meskipun di am, Candi Pari sejatinya sedang berbicara lewat keberadaannya.
Kesimpulan: Diam-Diam Menggetarkan
Candi Pari tidak butuh panggung besar untuk menunjukkan nilai sejarahnya. Ia hadir dengan caranya sendiri: sederhana, tenang, dan penuh daya tarik yang menggigit di am-di am. Di tengah dunia yang serba cepat, tempat seperti ini jadi oasis yang memeluk waktu. Jadi, bila suatu hari kamu lewat Sidoarjo, sempatkan mampir ke Candi Pari. Duduklah sebentar, lihat sekeliling, dan biarkan bangunan tua ini berbicara. Mungkin bukan dengan kata-kata, tapi dengan kehadiran yang begitu kuat. Karena tidak semua warisan harus bersuara keras untuk bisa terdengar dalam hati.